hmm..ini bahasan yg menarik, karena menyangkut profesionalisme sebagai seorang Mixing engineer. Justru pertanyaannya adalah ? Buat apa sih kita dibayar sebagai Engineer?
Itu seperti pertanyaan kita ini pengen jadi Tukang? Atau jadi designer rumah yg profesional ? Kalau kita sekedar tukang...yo wis. Disuruh bikin kusen bentuk begini, disuruh pasang pintu, di suruh bangun atap model begini..ya Manut wae hehehehehe.
Tapi, kalau kita pengen dibayar sebagai designer rumah yg profesional...Itu klien tinggal ngomong maunya gimana...kita siapin konsep dan lain2 memakai keilmuan kita ttg ilmu Mekanika lah, ilmu hitung2an lah...dan disitulah kenapa kok kita di bayar. Bukan berarti kita cuman nurutin maunya klien...tapi kita menterjemahkan maunya klien lewat keilmuan yg kita miliki.
Kadang, kita terjebak dengan menuruti Klien karena mereka BAYAR hehehe. Justru saya bilang ke mereka kalau kadang permintaannya keluar dari pakem2 keilmuan yg ada..."Justru di situlah kenapa anda bayar saya...Kalau saya di bayar hanya untuk menuruti kata anda...mendingan anda bayar aja diri anda sendiri, kan lebih pas karena yg tau cuman anda doang" hahahahahaha.
Mungkin itu terdengar ekstrim dan arogan, tapi justru buat saya itulah profesionalisme. Seperti halnya seorang Alex Fergusson di bayar untuk melejitkan MU hehehe..tugas dia adalah meramu bagaimana MU agar memiliki formasi yg paling ciamik, termasuk bagaimana melatih pemain muda agar bisa dijual nantinya dengan harga yg mahal...dan lain sebagainya hehehe.
Makanya ketika saya dapet klien dari luar, ketika saya tanya "ini mau di apain"...mereka jawab "That's what i pay you for..." DHUAR!!!! MAMPUS hahahaha. Sejak saat itu, ketika ada klien proses Mixing..saya langsung memaksimalkan kemampuan saya untuk Mixing, kemudian kirim hasilnya..lha, dari situ kalaupun ada revisi..baru terjadi kesepakatan tujuan antara kita dengan klien. Dan so far, selama kita berlaku profesional sebagai seorang Mixing / Mastering Engineer...paling2 yg terjadi adalah revisi yg minim banget, contoh "would u make the reverb lower 1dB"...atau "would you put the delay more on voc..". Gitu2 aja kok hehehhehee
Well, semoga dengan pengalaman pribadi ini menambah wacana buat temen2 ttg bagaimana profesionalisme harus tetap di junjung. Bukan klien adalah RAJA...KLIEN ADALAH PARTNER...KLIEN ADALAH MITRA BISNIS.
MAJU TERUS MUSIK INDONESIA !!!!
Itu seperti pertanyaan kita ini pengen jadi Tukang? Atau jadi designer rumah yg profesional ? Kalau kita sekedar tukang...yo wis. Disuruh bikin kusen bentuk begini, disuruh pasang pintu, di suruh bangun atap model begini..ya Manut wae hehehehehe.
Tapi, kalau kita pengen dibayar sebagai designer rumah yg profesional...Itu klien tinggal ngomong maunya gimana...kita siapin konsep dan lain2 memakai keilmuan kita ttg ilmu Mekanika lah, ilmu hitung2an lah...dan disitulah kenapa kok kita di bayar. Bukan berarti kita cuman nurutin maunya klien...tapi kita menterjemahkan maunya klien lewat keilmuan yg kita miliki.
Kadang, kita terjebak dengan menuruti Klien karena mereka BAYAR hehehe. Justru saya bilang ke mereka kalau kadang permintaannya keluar dari pakem2 keilmuan yg ada..."Justru di situlah kenapa anda bayar saya...Kalau saya di bayar hanya untuk menuruti kata anda...mendingan anda bayar aja diri anda sendiri, kan lebih pas karena yg tau cuman anda doang" hahahahahaha.
Mungkin itu terdengar ekstrim dan arogan, tapi justru buat saya itulah profesionalisme. Seperti halnya seorang Alex Fergusson di bayar untuk melejitkan MU hehehe..tugas dia adalah meramu bagaimana MU agar memiliki formasi yg paling ciamik, termasuk bagaimana melatih pemain muda agar bisa dijual nantinya dengan harga yg mahal...dan lain sebagainya hehehe.
Makanya ketika saya dapet klien dari luar, ketika saya tanya "ini mau di apain"...mereka jawab "That's what i pay you for..." DHUAR!!!! MAMPUS hahahaha. Sejak saat itu, ketika ada klien proses Mixing..saya langsung memaksimalkan kemampuan saya untuk Mixing, kemudian kirim hasilnya..lha, dari situ kalaupun ada revisi..baru terjadi kesepakatan tujuan antara kita dengan klien. Dan so far, selama kita berlaku profesional sebagai seorang Mixing / Mastering Engineer...paling2 yg terjadi adalah revisi yg minim banget, contoh "would u make the reverb lower 1dB"...atau "would you put the delay more on voc..". Gitu2 aja kok hehehhehee
Well, semoga dengan pengalaman pribadi ini menambah wacana buat temen2 ttg bagaimana profesionalisme harus tetap di junjung. Bukan klien adalah RAJA...KLIEN ADALAH PARTNER...KLIEN ADALAH MITRA BISNIS.
MAJU TERUS MUSIK INDONESIA !!!!
By : Cahyanandra Dhyaksa 'Digital Music University'
Hem.... ini dia yang terkadang dilupakan oleh seorang engineer..... semoga menjadi pelajaran untuk kita semua :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar